“Kalau didukung, tentu kami akan agendakan rutin setiap tahun. Masalah anggaran, gampang. Karena event-event seperti ini bisa memberikan ruang para seniman baik dalam maupun luar negeri untuk berkreasi. Bukan tidak mungkin, semua karya UMKM di jawa tengah juga bisa ditampilkan,” kata Ganjar.
Jika perlu, lanjutnya, tahun depan bisa dilaksanakan dengan waktu yang lebih panjang. “Kayak karnaval yang panjang waktunya. Kalau terealisasi tentu akan memberikan ruang masyarakat berkreasi. Kemasan tidak.melulu tradisional tapi juga modern. Sehingga bisa menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung ke borobudur dan sekitarnya. Dengan begitu, target yang dicanangkan oleh pemerintah bisa dicapai,” jelasnya.
Sebelumnya, Deputi Pengembangan Pemasaran Wisata Kementrian Pariwisata (Kemenpar), Retno Astuti, dalam sambutannya mewakili Menteri Pariwisata Arif Yahya mengatakan, BIF sudah dilaksanakan memasuki tahun keempat. Namun sejak dilaksanakan pertama kali tahun 2003 lalu, waktunya tidak pernah rutin. Dimana sejak 2003, baru dilaksanakan lagi tahun 2009 dan tahun 2013. “Tahun ini memasuki tahun keempat. Kami berharap, BIF dilaksanakan rutin dan terjadwal. Syukur bisa dilaksanakan rutin setiap tahun. Kalau terjadwal rutin, tentu akan mudah mempromosikan. Bagi negara-negara yang ingin berpartisipasipun, bisa menjadwalkan keikutsertaannya,” katanya.
BIF digelar, lanjutnya, sebagai salah satu tujuannya untuk mencapai target kunjungan 20 juta wisatawan ke Indonesia tahun 2019 mendatang. Di Candi Borobudur sendiri, ditargetkan dikunjungi 2 juta wisatawan mancanegara dan 4 juta wisatawan dalam negeri. “Tanpa ada event tentu sulit untuk mencapainya. Karena itu, kami menyambut baik BIF ini. Semoga tahun depan dilaksanakan lagi,” pintanya.
Pada pembukaan tadi malam, dihadiri Duta Besar India, Pangdam Diponegoro, Kapolda Jawa Tengah, Ketua DPRD Jawa Tengah dan sejumlah tokoh masyarakat adat nusantara, Muspida Kabupaten Magelang dan lainnya. (Yoh)