Selama perjalanan yang ditonton tidak hanya warga sekitar jalan yang dilewati tapi juga sejumlah wisatawan mancanegara yang kebetulan sedang berlibur di Candi Borobudur itu, para peserta kirab tampak semangat mengikuti kirab. "Luar biasa. Kegiatan seperti ini harus diapresiasi dan terus dilakukan. Apalagi tujuannya untuk menjaga dan melestarikan seni tradisional serta keberadaan candi borobudur," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo disela-sela menutup 14 tahun Ruwat Rawat Borobudur di Halaman Candi Borobudur, kemarin.

Dalam kirab kemarin, disertakan tiga buah gunungan dari aneka sayuran dan sejumlah sesaji. Dibelakangnya diikuti seniman dari brayat panangkaran dan puluhan grup kesenian tradisional dari sejumlah kecamatan. Sebelumnya, mereka mengisi dan mengikuti lomba pada acara 14 RRB disejumlah lokasi. Diantaranya di Kajoran, Windusari, Muntilan, Pakis dan satu lokasi di Kabupaten Temanggung. Puncaknya, dari setiap lokasi tersebut, dipilih beberapa yang layak untuk dinilai kembali di Halaman Candi Borobudur.
"Dalam kegiatan 14 tahun ruwat rawat borobudur ini, diikuti total 127 grup kesenian. Yang menarik, 127 grup ini tidak hanya berasal dari kabupaten magelang, tapi juga dari wonosobo, boyolali dan purworejo. Bahkan ada perwakilan dari Jawa Barat, Kaltim serta Bali," kata Sucoro, Ketua Panitia sekaligus penggagas kegiatan RRB.
Disampaikan Sucoro, kegiatan 14 tahun RRB sudah dimulai Maret kemarin. Dan dari 127 grup kesenian yang terlibat, yang ikut kirab penutupan sekitar 60 grup. Beberapa diantaranya, yang menjadi juara. Yakni, kesenian gedruk dari grup Setyo Budoyo, Topeng Ireng dari Desa Tuk Songo Borobudur dan kesenian Barong dari grup Dwipangga Kecamatan Ngluwar. "Pada 14 ruwat rawat borobudur kali ini, sebanyak 127 grup kesenian itu, menampilkan sejumlah kesenian. Diantaranya rampak buto, kubro siswo, topeng ireng, jatilan, kuda lumping dan soreng. Sedang tema tahun ini, adalah memetri candi nguri-nguri tradisi," pungkasnya. (Yoh)