Event bertajuk Celebrating 11 tahun Anniversary Plaza Ambarrukmo tersebut, melibatkan sejumlah desainer ternama di Indonesia. Salah satunya Ivan Gunawan. Yang menarik, apa yang ditampilkan Sylviana Eriana Dewi sangat berbeda dari desainer yang ikut dalam event tersebut.
Anak kedua dari empat bersaudara itu, mengandalkan batik dengan pewarna alam. Menurut Eriana, begitu namanya sering dipanggil, ia ingin mengkampanyekan jika batik dengan pewarna alam, juga bagus untuk ditampilkan dalam fashion show. Pencipta kain batik krenova ini mengaku, masih memiliki cita-cita untuk lebih mengenalkan batik pewarna alam itu ke dunia fashion internasional.
Dikatakan Eriana, yang salah satu batik pewarna alam buatannya dikoleksi Ibu Any Yudhoyono (mantan ibu negara ke enam) itu, ia menggunakan beberapa daun dan kulit pohon untuk membuat warna tersebut. Diantaranya seperti daun mangga, sawo bludru, daun dan bunga putri malu, sabut kelapa, kulit buah rambutan, kulit kayu mahoni, kayu setinggi dan lainnya. “Saya bangga bisa mengenalkan dan membuat batik pewarna alam ini. Semoga karya-karya saya, bisa melengkapi dunia fashion di Indonesia dan dunia,” kata Eriana yang beberapa batik karyanya, pernah ikut pameran di sejumlah negara itu.
Anak kedua dari empat bersaudara itu, mengandalkan batik dengan pewarna alam. Menurut Eriana, begitu namanya sering dipanggil, ia ingin mengkampanyekan jika batik dengan pewarna alam, juga bagus untuk ditampilkan dalam fashion show. Pencipta kain batik krenova ini mengaku, masih memiliki cita-cita untuk lebih mengenalkan batik pewarna alam itu ke dunia fashion internasional.
Dikatakan Eriana, yang salah satu batik pewarna alam buatannya dikoleksi Ibu Any Yudhoyono (mantan ibu negara ke enam) itu, ia menggunakan beberapa daun dan kulit pohon untuk membuat warna tersebut. Diantaranya seperti daun mangga, sawo bludru, daun dan bunga putri malu, sabut kelapa, kulit buah rambutan, kulit kayu mahoni, kayu setinggi dan lainnya. “Saya bangga bisa mengenalkan dan membuat batik pewarna alam ini. Semoga karya-karya saya, bisa melengkapi dunia fashion di Indonesia dan dunia,” kata Eriana yang beberapa batik karyanya, pernah ikut pameran di sejumlah negara itu.
Sebelum terjun di dunia batik, diakui ia pernah mengajar di SLB Negeri Kedungsari, SLB B serta SLB C di Kota Magelang. Ia belajar batik, secara otodidak. Namun diakui, ia sering diminta Pemkot Magelang untuk ikut pelatihan batik disejumlah daerah. Dari situlah, ia mengenal batik. Ia juga pernah juara lomba kreasi dan inovasi masyarakat yang digelar Pemkot Magelang dan Jawa Tengah.
Dijelaskan Eriana, untuk membuat batik pewarna alam ini, dibutuhkan proses cukup lama dan panjang. Bahkan, hasilnya tidak bisa diprediksikan. Hal itu karena sangat dipengaruhi cuaca, sinar matahari dan juga temperatur udara. “Sehingga wajar, kalau harganya tidak memiliki standar. Kalau harga murah dan mahal itu, relatif. Yang jelas, melihat prosesnya yang panjang, sangat wajar jika harganya jauh lebih mahal dengan batik dengan pewarna sintetis (pabrik),“ pungkasnya. (Yoh)