SALAH satu kegemaran wisatawan dewasa ini adalah foto selfie di spot-spot istimewa lokasi wisata. Inilah kenapa banyak wisatawan berfoto selfie di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, termasuk Presiden Ukraina Petro Poroshenko dan istri Maryna Poroshenko.
Menangkap momentum perilaku wisatawan, Pokdarwis Banyubiru mencoba menawarkan potensi wisata alam Gununggono Sunrise di Desa Banyubiru, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Gununggono ini menawarkan pemandangan alam yang masih perawan nan indah.
Lokasi ini berada sekitar 13 km dari Candi Borobudur melalui Kota Muntilan dan 12 km dari Gunung Merapi. Dari Borobudur, wisatawan bisa mengendarai mobil, sepeda motor, dan sepeda onthel. Rute jalan ini cukup lebar dan mulus sehingga nyaman dilalui wisatawan.
Dari puncak Gununggono ini, wisatawan bisa menyaksikan matahari merekah memerah tepat diantara dua gunung berapi, yakni Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Di penghadapan kedua gunung itu ada permadani padi yang mulai menguning. Pemandangan ini mirip gambaran ideal seorang bocah tentang pemandangan alam yang indah.
Meski belum dibuka secara resmi namun sudah banyak wisatawan yang ingin menjajal keindahan panorama matahari terbit di Gununggono Sunrise. Sebagian besar masih wisatawan lokal dari sekitar Kabupaten Magelang. Belum banyak wisatawan dari luar daerah maupun wisatawan asing.
Maklum karena spot sunrise ini masih baru dan belum dikenalkan kepada masyarakat. Pokarwis Banyubiru juga belum menarik tiket masuk wisatawan. Semua orang masih gratis untuk menjelajah kawasan Gununggono Sunrise. "Wisatawan kami gratiskan, termasuk parkir. Kami ingin mengenalkan spot baru ini sambil melakukan penataan infrastruktur pariwisata," kata Kepala Desa Banyubiru Wintoro.
Perlama Masa Tinggal Wisatawan Borobudur
Wintoro mengaku tengah menyiapkan segala sesuatu untuk menjadikan Gununggono Sunrise menjadi spot wisata baru. Dikatakan bahwa GununggonoSunrise dirancang untuk menjadi wisata konservasi burung hantu dan tengkek butho. Kebetulan lokasi ini menjadi habitat alami kedua jenis satwa tersebut.
"Kami tidak ingin sekedar membangun lokasi wisata. Kami bercita-cita memiliki ekowisata di mana satwa endemik bisa hidup berdampingan dengan warga dan wisatawan. Konsep yang kami susun adalah wisata pedesaan berbasis konservasi alam bukan mass tourism," kata dia.
Spot Gununggono Sunrise ini diharapkan akan bisa meningkatkan lama kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan asing Candi Borobudur di wilayah Kabupaten Magelang. Jika selama ini lama kunjungan wisatawan hanya berkisar 2 jam maka ke depan diharapkan bisa diperpanjang dan bahkan menginap.
Disebutkan wisatawan sehabis berkunjung ke Candi Borobudur bisa singgah ke Desa Wisata Konservasi Banyubiru untuk menikmati wisata pedesaan. Mereka bisa menikmati kuliner khas desa, ikut menanam padi dan sayuran bersama petani, membuat kerajinan dan kemudian bermalam di homestay.
Pada malam hari, wisatawan bisa 'berburu' burung hantu di sekitar gunung. Namun wisatawan dilarang keras menangkap ataupun menembaknya. Wisatawan hanya diperbolehkan untuk mengamati dan memotret dari jauh tabiat burung hantu. Puncak wisata bisa disaksikan pada pagi hari yakni melihat matahari terbit atau sunrise.
Wisata Heritage
Juru kunci Gununggono Mbah Badari (83) mengatakan ada dua spot lain yang bisa dinikmati wisatawan. Yakni peninggalan jaman kerajaan Mataram kuno berbentuk lingga dan yoni raksasa dan bekas Pos Penjagaan Gunung Merapi (sekarang Pos Pemantauan) Gununggono. Keduanya terletak di puncak Gununggono.
Disebutkan Pos PemantauanGununggono didirikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1920 atau setahun setelah letusan dahsyat Gunung Kelud di Jawa Timur pada tahun 1919. Saat itu belum ada institusi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) maupun Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Penangangan gunung berapi masih ditangani Dinas Urusan Gunung Api (UGA) Merapi. Pos Pemantauan tersebut berbentuk menara pengawas dan gubuk kecil dari bambu di atas bukit. Baru setelah Indonesia merdeka, pemerintah membangun Pos Pemantauan di Ngepos, Babadan, Jerakah, Selo dan Klaten.
Kadus Banyubiru Supriyadi (37) menambahkan kedua spot bersejarah tersebut akan melengkapi destinasi wisataGununggono Sunrise. Dengan demikian wisatawan tidak hanya akan menikmati pemandangan alam yang indah namun juga belajar konservasi burung hantu dan wisata sejarah.
"Sudah banyak wisatawan yang datang, apalagi kalau akhir pekan. Mereka berburu foto matahari terbit dan juga foto selfie di sekitar pohon bambu. Kami sengaja mempertahankan lokasi tetap alami karena kami ingin mengembangkan wisata pedesaan. Ini wisata minat khusus," kata dia. (Kang Habib Shaleh)